KATA PENGANTAR
Dengan
mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat
serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan
baik. Makalah ini berjudul “ Pemeriksaan Duplex Sonografi pada Pasien plaque ateri carotis di
Rumah Sakit Jantung Dan Pembuluh Darah Harapan Kita ”.
Penyusun juga mengucapkan terima
kasih kepada dosen dan pembimbing ruangan vaskuler yang telah membimbing
penyusun agar dapat mengerti dalam pembuatan makalah yang benar.
Dalam kesempatan ini pula, penulis
juga mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi kelancaran makalah
ini. Akhir kata, penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat dan
wawasan yang lebih luas bagi pembaca maupun bagi penulis itu sendiri.
Jakarta, 07 januari 2013
ARDIANARHESWARI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penderita Stroke saat ini menjadi
penghuni terbanyak di bangsal atau ruangan pada hampir semua pelayanan rawat
inap penderita penyakit syaraf. Karena, selain menimbulkan beban ekonomi bagi
penderita dan keluarganya, Stroke juga menjadi beban bagi pemerintah dan
perusahaan asuransi kesehatan. Berbagai fakta menunjukkan bahwa sampai saat
ini. Stroke masih merupakan masalah utama di
bidang neurologi maupun kesehatan pada umumnya. Untuk mengatasi masalah krusial
ini diperlukan strategi penangulangan Stroke yang mencakup aspek preventif,
terapi rehabilitasi, dan promotif.
Angka kejadian stroke dunia
diperkirakan 200 per 100.000 penduduk, dalam setahun. Bila ditinjau dari segi
usia terjadi perubahan dimana stroke bukan hanya menyerang usia tua tapi juga
menyerang usia muda yang masih produktif. Mengingat kecacatan yang ditimbulkan
stroke permanen, sangatlah penting bagi usia muda untuk mengetahui informasi
mengenai penyakit stroke, sehingga mereka dapat melaksanakan pola gaya hidup
sehat agar terhindar dari penyakit stroke. Di Indonesia, diperkirakan setiap
tahun terjadi 500.000 penduduk terkena serangan stroke, dan sekitar 25% atau
125.000 orang meninggal dan sisanya mengalami cacat ringan atau berat.
Stroke termasuk penyakit
serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang ditandai dengan kematian jaringan
otak (infark serebral) yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan
oksigen ke otak. Berkurangnya aliran darah dan oksigen ini bisa dikarenakan adanya
sumbatan, penyempitan atau pecahnya pembuluh darah.
Plaque arteri karotis merupakan langkah awal
faktor resiko terhadap terjadinya penyakit vaskuler, 20% lebih besar dibanding
faktor resiko konvensional yang yang terangkum Framingham Stroke Risk Score. Disamping factor resiko lainnya seperti
usia, jenis klamin, genetik, diabetes mellitus, stenosis arteri, oklusi arteri,
aterosklerotik.
Plaque dapat diperiksa dengan mesin
duplex sonografi ,dari pemeriksaan duplex sonografi didapatkan peningkatan
ketebalan tunika intima media karotis berhubungan dengan peningkatan kejadian
stroke.
Dalam makalah ini pembahasan difokuskan kepada teknik
pemeriksaan serta peranan dari duplex sonografi pada pasien dengan plaque arteri
carotis di unit vascular Rumah sakit jantung dan pembuluh darah Harapan Kita
1.3 Tujuan penulisan
1.3.1 Tujuan umum
Tujuan makalah ini adalah untuk memberi gambaran dan
memperoleh informasi tentang peranan duplex sonografi dalam pemeriksaan pada
pasien plaque arteri carotis
1.3.2 Tujuan khusus
- Mengetahui penyebab plaque arteri karotis
- Mengetahui
Gambaran B-mode, kurva doppler serta colour doppler pada pasien plaque arteri carotis
- Mampu
mempersiapkan pasien pada pemeriksaan ultrasonografi
- Mampu melakukan
pemeriksaan plaque arteri karotis
- Mampu
mengevaluasi hasil pemeriksaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Pembuluh Darah Carotis
Gambar 2.1 Anatomi pembuluh darah
karotis
Arteri
karotis kanan adalah cabang arteri inominata yang berasal dari sisi kanan arkus
aorta. Arteri karotis komunis kiri berasal secara langsung dari arkus aorta.
Pada tingkat tiroid, arteri karotis komunis bercabang dua menjadi arteri
karotis interna dan arteri karotis eksterna. Terletak dekat percabangan dua
ini, di sinus karotis, adalah kemoreseptor karotis, yang sensitif terhadap
kadar karbon dioksida dan oksigen darah, dan baroreseptor, yang membantu
mengatur tekanan darah. Arteri karotis eksterna menyuplai darah ke struktur di
kepala dan leher, kecuali mata dan otak. Arteri karotis interna menyebabkan
arteri oftalmikus dan arteri serebri posterior berhubungan dengan arteri
serebri anterior dan arteri serebri media, yang membantu menyuplai darah ke
otak
Arteri
carotis terdiri dari beberapa bagian, yaitu :
a. Arteri
carotis comunis ( Common caroted artery/ CCA)
Merupakan bagian pertama
dari tiga cabang besar aorta adalah arteri brachiocepalic (inominata), arteri
karotis komunis ( Communis carotis artery, CCA), dan arteri subklavia kiri
(Subclavia arteri , SA)
Artery carotis cominis
berjalan ke superior mediastinum superior , di anterolateral leher dan letaknya
di sebelah medial vena juguralis. Ujung dari CCA adalah bifurcasio karotis,
yang merupakan asal dari atau percabangan arteri carotis interna (ICA) dan arteri
carotis externa (ECA)
b. Arteri
carotied interna ( ICA )
Interna Carotid Artery ( ICA ) merupakan cabang CCA yang lebih besar,
dimulai dari bifurkasio CCA dan berjalan ke basis krani. Dibagian pangkal
ICA normalnya memiliki suatu pelebaran yang disebut Bulbus Carotid dan
kembali berukuran normal setelah bulbus. Diameter dari pertengahan ICA
hampir setengah diameter dari bulbus.
Interna Carotid Artery ( ICA ) merupakan cabang CCA yang lebih besar,
dimulai dari bifurkasio CCA dan berjalan ke basis krani. Dibagian pangkal
ICA normalnya memiliki suatu pelebaran yang disebut Bulbus Carotid dan
kembali berukuran normal setelah bulbus. Diameter dari pertengahan ICA
hampir setengah diameter dari bulbus.
c.
Arteri carotis externa (ECA)
Externa caroted artery (ECA) adalah cabang kembar dari interbal caroted
artery (ICA) pada bifurcasio dan biasanya berukuran lebih kecil dari internal
caroted artery. ECA terletak di anteromedial ICA, tetapi setelah berjalan ke
cranial ,ECA terletak di sebelah posterolateral ICA.
Externa caroted artery (ECA) adalah cabang kembar dari interbal caroted
artery (ICA) pada bifurcasio dan biasanya berukuran lebih kecil dari internal
caroted artery. ECA terletak di anteromedial ICA, tetapi setelah berjalan ke
cranial ,ECA terletak di sebelah posterolateral ICA.
ECA
memiliki 8 cabang pembuluh darah :
1. Arteri tiroidalis superior
2. Arteri Faringealis asendens
3. Arteri Lingualis
4. Facialis
5. Oksipitalis
6. Auricularis posterior dan cabang terminalnya
7. Temporalis, dan
8. Arteri maksilaris interna
d. Arteri Vertebralis
Arteri vertebralis adalah cabang besar dari arteri subclavia, arteri vertebralis
bagian proksimal berjalan pada leher kurang lebih 4-5 cm, kemudian
memasuki vertebra 6. Kedua arteri vertebralis memiliki ukuran yang sama.
Arteri vertebralis adalah cabang besar dari arteri subclavia, arteri vertebralis
bagian proksimal berjalan pada leher kurang lebih 4-5 cm, kemudian
memasuki vertebra 6. Kedua arteri vertebralis memiliki ukuran yang sama.
2.2 Pembuluh Darah
Ada tiga macam pembuluh darah yang berperan dalam proses peredaran darah. Pembuluh darah tersebut adalah arteri, vena, dan pembuluh kapiler.
A. Pembuluh darah arteri
Arteri
berperan dalam pengangkutan darah bersih dari jantung ke seluruh tubuh, kecuali
arteri pulmonalis. Arteri pulmonalis berperan membawa darah kotor yang
perluoksigenasi. Arteri mempunyai dinding yang tebal dan elastis. Tentu saja
pembuluh arteri ini meninggalkan jantung. Tekanan darahnya lebih kuat bila
dibandingkan dengan tekanan yang dimiliki oleh pembuluh vena. Pembuluh arteri
ini biasanya juga terletak di bagian dalam permukaan tubuh dan mempunyai satu
pangkal (aorta). Diameter pembuluh darah arteri bervariasi , mulai dari yang
paling besar yaitu aorta ± 20 mm, sedangkan cabang-cabang yang paling kecil
yaitu arteriol berdiameter ± 0.2 mm.
B. Pembuluh darah vena
Pembuluh
vena ini sering disebut sebagai pembuluh balik. Hal ini karena pembuluh vena
bertugas membawa darah kotor kembali menuju jantung, kecuali vena pulmonalis
yang bertugas membawa darah bersih menuju jantung. Vena mempunyai klep di
sepanjang pembuluh darah. Banyaknya klep pada vena ini berhubungan dengan tugas
vena yang membawa darah yang arah gerakannya melawan gaya berat. Klep-klep ini
bertugas menjaga agar pembuluh darah mengalir ke jantung tanpa ada aliran darah
yang kembali ke arah sebaliknya. Pembuluh darah vena yang paling besar ialah
vena cava superior dan vena cara inverior yang memiliki diameter ± 20 mm. Sedangkan
vena yang paling kecil yaitu venula yang berdiameter ± 0.2 mm.
C.
Pembuluh darah kapiler
Pembuluh kapiler merupakan pembuluh darah yang sangat kecil tempat arteri berakhir. Pembuluh ini berfungsi sebagai distributor zat-zat penting ke jaringan yang memungkinkan berjalannya berbagai proses dalam tubuh. Kapiler memiliki diameter ± 7 mikron, dimana 1 mikron = 0.001 mm
Pembuluh kapiler merupakan pembuluh darah yang sangat kecil tempat arteri berakhir. Pembuluh ini berfungsi sebagai distributor zat-zat penting ke jaringan yang memungkinkan berjalannya berbagai proses dalam tubuh. Kapiler memiliki diameter ± 7 mikron, dimana 1 mikron = 0.001 mm
2.3 Lapisan pembuluh darah arteri
Secara
umum pembuluh darah tersusun atas tiga lapisan, yaitu :
1. Tunika intima : Bagian terdalam adalah lapisan
endothelium yang merupakan satu lapis epitel pipih yang membatasi rongga
pembuluh.
2. Tunika media :Lapisan tengah terdiri atas otot polos dan
mengandung banyak serabut elastis
3. Tunika Adventitia
:Lapisan terluar tersusun atas jaringan
elastis yang memungkinkan pembuluh darah berkontraksi.
Banyak hal yang menyebabkan terjadinya penyumbatan dan penyempitan pada pembuluh darah arteri carotis , Proses penyebab dari penyempitan pembuluh darah arteri carotis dimulai dari penebalan da berlanjut menjadi plaque
Banyak hal yang menyebabkan terjadinya penyumbatan dan penyempitan pada pembuluh darah arteri carotis , Proses penyebab dari penyempitan pembuluh darah arteri carotis dimulai dari penebalan da berlanjut menjadi plaque
2.4 PLAQUE
2.4.1 Definisi Plaque
Kumpulan dari kolesterol, lipid, debris sel, sel-sel otot polos, dan kolagen.
Yang menempel pada pembuluh darah bagian dalam.
Kumpulan dari kolesterol, lipid, debris sel, sel-sel otot polos, dan kolagen.
Yang menempel pada pembuluh darah bagian dalam.
Gambar 2.3 : contoh plaque
2.4.2 Klasifikasi Plaque
Gray Weale dkk (1998)
membuat klasifikasi 4 tipe plak, yaitu:
1. Dominan hipoekhoik
plak dengan ekhogenik cap yang tipis.
2. Sebagian hipoekhoik
dengan area ekhogenik minimal.
3. Dominan ekhogenik
dengan area hipoekhoik minimal.
4. Ekhogenik
/hiperekhoik homogen.
Berdasarkan klasifikasi ini, didapatkan
bahwa frekuensi gejala neurovaskular lebih banyak terdapat pada plak tipe 1 dan
2 (vulnerable plaque / plaque tidak stabil) sedangkan tipe 3 dan 4 (stable
plaque) lebih bersifat asimtomatik.
-
Plaque yang hiperechoic dan homogen
-
Plaque
dengan permukaan yang rata
-
Plaque
dengan batas kalsifikasi yang tegas
-
Plaque
yang pendek (kurang dari 1 cm), Plaque yang tidak tebal (< 4mm)
-
Plaque
yang hipoekoic, hanya diketahui dari
penurunan diameter pembuluh darah.
-
Plaque
dengan batas yang tidak jelas.
-
Plaque
yang panjang (>1cm ) dan dengan ketebalan > 4mm
-
Plaque
yang bergerak secara pulsatil ke arah kranial.
2.4.3 Etiologi
Plaque
di sebabkan oleh Kolesterol. Kolesterol merupakan substansi lemak, yang secara
normal dibentuk di dalam tubuh. Kolesterol dibentuk di hati dari lemak makanan.
Kolesterol memainkan banyak peran penting dalam fungsi sel tubuh (antara lain
produksi hormon). Kolesterol darah dapat dibagi menjadi
2 bagian utama:
1.
kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein)
yang dikenal sebagai kolesterol jahat.
2.
kolesterol HDL (High Density
Lipoprotein) yang dikenal sebagai kolesterol baik. LDL membawa kolesterol dari
hati ke sel, dan HDL berperan membawa kolesterol dari sel ke hati.
2.4.4 Patofisiologi
Kadar
kolesterol jahat (LDL) yang tinggi akan memicu penimbunan kolesterol di sel.
Dikatakan kolesterol jahat karena LDL berperan membawa kolesterol ke sel
dan jaringan tubuh. Sehingga bila jumlahnya berlebihan, kolesterol dapat
menumpuk dan mengendap pada dinding pembuluh darah dan mengeras menjadi plaque.
Plaque dibentuk dari unsur lemak, kolesterol, kalsium, produk sisa sel dan
materi-materi yang berperan dalam proses pembekuan darah. Hal inilah yang
kemudian dapat berkembang menjadi menebal dan mengerasnya pembuluh darah yang
dikenal dengan nama aterosklerosis. Nilai LDL dan HDL berdampak terhadap
kesehatan jantung dan pembuluh darah. Nilai LDL yang tinggi dikaitkan dengan
risiko tinggi terhadap serangan jantung, sebaliknya HDL tinggi dikaitkan dengan
risiko rendah.
Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat disebabkan oleh berbagai faktor :
Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat disebabkan oleh berbagai faktor :
a. Faktor
genetik
b. Kelebihan
berat badan (Obesitas)
c. Kurangnya
aktifitas fisik
d. Merokok
Batasan kadar lipid atau lemak darah antara lain :
Komponen Lipid
|
Batasan (mg/dl)
|
Klasifikasi
|
Kolesterol
total
|
<
200
|
Yang
diinginkan
|
200
– 239
|
Batas
tinggi
|
|
≥240
|
Tinggi
|
|
Kolesterol
LDL
|
<100
|
Optimal
|
100
– 129
|
Mendekati
optimal
|
|
130-159
|
Batas
tinggi
|
|
160-189
|
Tinggi
|
|
≥190
|
Sangat
tinggi
|
|
Kolesterol
HDL
|
<40
|
Rendah
|
≥60
|
Tinggi
|
|
Trigliserida
|
<150
|
Normal
|
150-199
|
Batas
tinggi
|
|
200-499
|
Tinggi
|
|
≥500
|
Sangat
tinggi
|
patokan kadar
kolesterol total :
a) Kadar yang diinginkan dan diharapkan masih aman (desirable)
adalah < 200 mg/dl.
b) Kadar yang sudah mulai meningkat dan harus
diwaspadai untuk mulai dikendalikan (bordeline high) adalah
200-239 mg/dl
c) Kadar yang tinggi dan berbahaya bagi pasien (high)
adalah > 240 mg/
2.4.5 Faktor Resiko
Beberapa faktor resiko telah diidentifikasikan,
dikategorikan sebagai faktor resiko yang tidak dapat diubah dan faktor resiko
yang bisa diubah/dikontrol.
Faktor resiko yang tidak dapat diubah :
1. Usia (resiko meningkat dengan meningkatnya usia)
2. Jenis Kelamin
3. Ras (orang kulit hitam memiliki faktor resiko yang lebih
tinggi)
Faktor resiko yang dapat diubah :
1.
Hipertensi
2. Kolesterol tinggi
3. Merokok
4.
Life
style ( gaya
hidup )
1.
2.4.6 Komplikasi
1. Stenosis arteri karotis
2. Oklusi arteri karotis
3. Stroke
2.4.7 Penanggulangan
1. Stenosis arteri karotis
2. Oklusi arteri karotis
3. Stroke
2.4.7 Penanggulangan
- Perubahan gaya hidup
- Mengelola kondisi kronis seperti tekanan darah tinggi, berat badan
berlebihan atau diabetes
- Konsumsi obat-obatan pengendali tekanan darah seperti :
angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitors, calcium channel blockers
atau statin untuk menurunkan kolesterol.
2.5 Duplex Sonografi
2.5.1 Pengertian Duplex Sonografi
Duplex
Sonografi arteri karotis adalah suatu prosedur pemeriksaan diagnostic yang
bersifat non invasive untuk menilai struktur dan fungsi arteri karotis dan
vertebralis dengan suara ultra ( ultrasound
), digunakan B-Mode scan, Doppler warna, Analisis Spektrum.
2.5.2Tiga Modalitas Duplex Sonografi
1. B – Mode
2.5.2Tiga Modalitas Duplex Sonografi
1. B – Mode
Pemeriksaan
B-mode memakai probe yang mempunyai resolusi tinggi kita dapat memeriksa anatomi
dan dinding pembuluh darah karotis maupun di tungkai (perifer). Dinding pembuluh
darah diteliti permukaannya. Juga diteliti lapisan adventitia di lapisan luar.
Pada pemeriksaan B-mode, plaque akan tampak dan dapat diukur
Gambar 2.4 : B-Mode bifurcasio secara long axis
dan pengukurang IMT
Nilai intima media ticknes (IMT) :
- IMT
≤ 1 : Normal
- IMT
> 1 - < 2 : menebal
- IMT ≥ 2 : Plaque
Gambar 2.5 : B-Mode CCA dan IJV dengan
potongan short axis
2. Spectrum Doppler
Kecepatan aliran merupakan parameter utama untuk menilai morfologi kurva spektrum doppler pada pembuluh darah arteri karotis. Gambaran sepektrum doppler pada arteri karotis adalah monophasik end diastolik tinggi, karena menghadapi resisten yang rendah.
Kecepatan aliran merupakan parameter utama untuk menilai morfologi kurva spektrum doppler pada pembuluh darah arteri karotis. Gambaran sepektrum doppler pada arteri karotis adalah monophasik end diastolik tinggi, karena menghadapi resisten yang rendah.
Pengukuran yang dilakukan pada gambaran spectrum doppler arteri carotis :
- Peak
Systolic Velocity ( PSV )
pengukuran dilakukan pada fase
sistolik.
-
End Diastolic Velocity ( EDV )
Pengukuran dilakukan pada fase diastolik.
Gambaran 2.6 :
Spectrum Doppler CCA normal
Gambaran 2.7 : Spectrum Doppler ECA Nornal
Nilai
normal IMT, PSV dan EDV arteri carotis
LOKASI
|
IMT
|
PSV
|
EDV
|
DIAMETER
|
CCA
|
<1 mm
|
60-125 cm/det
|
>40-85
cm/det
|
± 4-7 mm
|
ICA
|
<1 mm
|
54-120 cm/det
|
40-65 cm/det
|
± 4 mm
|
ECA
|
<1mm
|
77-125 cm/det
|
<40 cm/det
|
± 3 mm
|
VERTEBRALIS
|
<1 mm
|
19-98 cm/det
|
6-30 cm/det
|
2,5 – 5 mm
|
3. Color
Doppler
Prinsipnya untuk memudahkan kita melihat
aliran darah. Dengan warna kita mudah membedakan mana struktur vascular dan
mana yang non-vaskular. Memudahkan kita melihat ada atau tidaknya plaque dan kelainan
akan penyempitan yang terjadi di pembuluh darah. Dengan Color Doppler kita
dapat melihat arah aliran darah, kecepatan atau turbulensi aliran darah yang
terjadi di dalam pembuluh darah.
Gambar 2.9 : Color Doppler di bifurcasio caroted artery
2.6 Teknik
pemeriksaan plaque arteri carotis dengan duplex sonografi
1.
B
– Mode
Untuk
melihat dan menilai anatomi seluruh CCA, bifurkasio, ICA, ECA sampai ke distal
mungkin. sehingga dengan potongan short axis dan potongan
long axis terlihat plaque. Kemudian mengukur ketebalan Intima media ticknes (IMT)
Gambar 2.10 B-Mode plaque di CCA
dextra
2.
Spectrum
Doppler
Gambaran Spektrum Doppler berfungsi
untuk melihat kecepatan aliran darah. Gambaran spectrum doppler pada plaque
arteri carotis adalah monophasic end diastolic tinggi karena tidak mengganggu
aliran dan menghadapi resisten yang rendah.
Gambar 2.11 : Spectrum Doppler plaque
di CCA dextra
3. Color Doppler
Doppler Warna digunakan untuk mengidentivikasi aliran
darah pada
pembuluh darah, apakah lumen pembuluh darah terisi penuh oleh warna
pada arteri atau tidak, pada daerah yang terdapat plaque terlihat batas
plaque yang jelas
dan akan mempermudah untuk pengukuran IMT.
pembuluh darah, apakah lumen pembuluh darah terisi penuh oleh warna
pada arteri atau tidak, pada daerah yang terdapat plaque terlihat batas
plaque yang jelas
dan akan mempermudah untuk pengukuran IMT.
Gambar 2.13 Color Doppler plaque di
CCA
3.1.6 Membereskan Mesin
3.2 Hasil pemeriksaan
BAB IV
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1 Studi Kasus
Identitas
pasien
Nama : Tn. SS
Usia : 58 Tahun
Medical Record :
2012.33.9x.xx
Diagnosa : Post Sroke april 2012
Pengirim : dr. Xx SpJP
3.1.1
Persiapan mesin
1. Menyalakan
mesin yang akan digunakan untuk pemeriksaan carotis
2. Mengecek
alat printer berwarna ( cek kertas berwarna, dan ribbon pada alat printer, bila
sudah habis diganti dengan yang baru )
3. Mengecek
printer hitam putih ( cek kertas hitam/putih )
4. Mengecek
video rekaman
3.1.2
Persiapan Alat Penunjang
1. Menyiapkan
tempat tidur
2. Menyiapkan
bantal
3. Menyiapkan
selimut diatas tempat tidur
4. Mengecek
jelly, habis atau tidak
5. Mengecek
kertas printer yang color dan printer black and white
6. Menyiapkan
tissue/ Handuk kecil
3.1.3
Persiapan pasien
1. Mengisi
identitas pasien diantaranya :
·
Nama
·
Umur
·
Medical record
·
Jenis kelamin
2. Memanggil
pasien masuk ke ruangan untuk pemeriksaan
3. Mengecek
ulang identitas pasien ( nama, umur, medical record) dengan cara menanyakan
langsung kepada pasien
4. Menganjurkan
pasien agar membuka kacamata/kalung jika pasien menggunakannya, sebab akan
mengganggu keefektifan pemeriksaan
5. Menjelaskan
kepada pasien tentang tujuan pemeriksaan dan daerah mana yang akan dilakukan
pemeriksaan
6. Menganjurkan
pasien untuk membuka kancing baju/ melonggarkan pakaian agar memudahkan dalam
pemeriksaan
7. Menganjurkan
pasien untuk berbaring dan memposisikan pasien dengan sedikit ekstensi kepala
8. Meletakkan
handuk didekat daerah yang akan diperika dengan tujuan agar tidak mengotori
pakaian pasien engan jelly
9. Menganjurkan
pasien menengok kearah berlawanan dengan daerah yang akan diperiksa
10.
Memberi tahu pasien bahwa pemeriksaan
akan dimulai
3.1.4
Prosedure pemeriksaan
1. Memberi
tahu pasien tentang pemeriksaan serta daerah mana saja yang akan dilakukan
pemeriksaan
2. Memberi
tahu pasien bahwa pemeriksaan akan dimulai
3. Menganjurkan pasien menengok ke arah
yang berlawanan dengan daerah yang akan diperiksa
4. Memilih
transduser sesuai dengan daerah yang akan dilakukan pemeriksaan ( pilih
tranduser linear dengan frekuensi 9-10 MHz untuk pemeriksaan arteri karotis )
Gambar 3.1 Gambar transduser linear
9-10 MHz
5. Berikan
jelly secukupnya pada bagian tranduser
Gambar 3.2 Gambar jelly aquasonic
6.
Menilai
pembuluh darah karotis secara Short Axis (untuk melihat apakah terdapat plaque
atau tidak pada pembuluh darah.
·
Transduser
diletakkan secara melintang di atas klavikula sehingga tergambar pembuluh darah
CCA
·
Kemudian
dorong transduser ke atas agar terlihat gambar bulatan yang lebih besar
(bifurkasio)
·
Transduser
tetap didorong ke atas sehingga terlihat bulatan pecah menjadi 2 yaitu pembuluh
darah ICA dan ECA.
Gambar 3.3 Gambar peletakan
tranduser dan posisi pasien yang tepat pada pemeriksaan carotis
7. Mengambil
gambaran arteri carotis secara long axis arteri caroted communis ( CCA )
• Rotasi (putar) transduser secara
memanjang di atas klavikula
• Kemudian
ambil gambar Spectrum Doppler dengan menekan
tombol PW
• Atur sample volume dengan mengatur
angle antara “45o - 60o”
• Posisikan sample volume di bagian
tengah pembuluh darah CCA.
• Apabila sudah terlihat gambaran
spectrum doppler pada pembuluh darah CCA tekan tombol Freeze dan kemudian ukur IMT, PSV, EDV gambaran tersebut
• Kemudian
beri penamaan ” RT CCA / LT CCA”
Gambar
3.4 : Spektrum doppler CCA dextra
Gambar
3.5 : Spektrum doppler CCA sinistra
8.
Kembalikan
gambar ke posisi B Mode (tekan B) untuk memulai pemeriksaan yang lainnya.
9. Mengambil
gambaran bifurcasio dan eksternal caroted arteri ( ECA ) pada arteri carotis
dengan cara mendorong transduser
ke atas dan kearah mandibular.
Gambar 3.6 B-Mode secara long axis di
bifurcasio dextra,
dan ECA dextra
Dari gambaran diatas ,
pada pengambilan B-Mode terlihat ada plaque stabil dengan batas kalsifikasi
yang tegas di bifurcasio dan ECA dextra. Setelah gambaran plaque didapatkan,
lau ukur IMT.
10. Mengambil
gambaran ICA secara long axis dengan cara mengarahkan tranduser kea rah mastoid
( telinga ),
·
Kemudian mengambil gambaran spectrum
Doppler dengan menekan tombol PW.
·
Atur sampel volum dengan angel 40º -60 º
·
Apabila sudah terlihat gambaran spectrum
doppler pada pembuluh darah ICA tekan tombol Freeze dan kemudian ukur IMT, PSV, EDV gambaran tersebut
·
Lalu beri penamaan : “RT ICA / LT ICA”
Gambar 3.7 : Spektrum doppler ICA dextra
Gambar 3.8 : Spektrum Doppler ICA Sinistra
11. Mengambil
gambaran ECA secara long axis
• Dari posisi B-mode CCA, transduser
diarahkan ke atas sehingga terlihat bifurkasio
• Arahkan kembali transduser ke arah
mandibular agar terlihat gambar pembuluh darah ECA
•
Kemudian
ambil gambar Spectrum Doppler dan Colour ECA dan ukur IMT dan PSV
•
Beri nama pada gambar lokasi pemeriksaan
” RT ECA / LT ECA ”
Gambar 3.9: Spektrum doppler ECA Dextra
Gambar 3.10 : Spektrum doppler ECA
Sinistra
· Kembalikan gambar ke posisi B Mode
(tekan B) untuk memulai pemeriksaan selanjutnya
12. Mengambil gambar arteri vertebralis
·
Dari
posisi CCA, arahkan transduser ke leher luar daerah lateral sehingga terlihat
gundukan hitam
·
Diantara
gundukan hitam itu, terdapat pembuluh darah arteri vertebralis
·
Kemudian
ambil gambar Doppler dari pembuluh darah A. vertebralis lalu tekan tombol freeze dan ukur PSV, EDV serta diameter
lumen pembuluh darah tersebut
·
Beri
nama pada gambar lokasi pemeriksaan ” RT VERTEBRALIS / LT VERTEBRALIS”
Gambar 3.12 spektrum doppler vertebralis dextra
Gambar 3.13 spektrum doppler di vertebralis sinistra
•
Kembalikan
gambar ke posisi B-Mode (tekan B) lalu freeze
untuk menyudahi pemeriksaan.
3.1.5
Membereskan
Pasien
1. Memberi
tahu pasien bahwa pemeriksaan telah selesai dilakukan
2. Membersihkan sisa jelly pada leher pasien dengan handuk kecil
3. Megenakkan baju pasien
2. Membersihkan sisa jelly pada leher pasien dengan handuk kecil
3. Megenakkan baju pasien
3.1.6 Membereskan Mesin
1. Bersihkan
sisa jelly pada permukaan tranduser dengan handuk kecil
2. Meletakkan kembali tranduser pada tempatnya
3. Membereskan gambar dan print gambar yang telah direkam
4. Memposisikan mesin / monitor pada posisi stand by / freeze
2. Meletakkan kembali tranduser pada tempatnya
3. Membereskan gambar dan print gambar yang telah direkam
4. Memposisikan mesin / monitor pada posisi stand by / freeze
3.2 Hasil pemeriksaan
Pada
Pemeriksaan DUPLEX SONOGRAPHY CAROTIS didapatkan :
Lokasi
|
IMT
|
PSV
|
EDV
|
Plaque
|
Rt CCA
|
0,8 mm
|
44,6 cm/det
|
12,6 cm/det
|
Negatif
|
Rt ICA
|
0,5 mm
|
46,6 cm/det
|
16,8 cm/det
|
Negatif
|
RT ECA
|
2,6 mm
|
78,8 cm/det
|
-
|
Positif
|
Rt Bifurcatio
|
2,4 mm
|
-
|
-
|
Positif
|
Lt CCA
|
0,5 mm
|
60,2 cm/det
|
15,4 cm/det
|
Negatif
|
Lt ICA
|
0,7 mm
|
46,6 cm/det
|
15,9 cm/det
|
Negatif
|
Lt Bifurcatio
|
-
|
-
|
-
|
Negatif
|
Arteri
Vertebralis
|
Diameter
|
PSV
|
Current Flow
|
|
Rt Vertebralis
|
3,8 mm
|
13,2 cm/det
|
Cephalad
|
|
Lt Vertebralis
|
6,0 mm
|
37,2 cm/det
|
Cephalad
|
KESIMPULAN :
·
Plaque stabil pada bifurcatio arteri
carotis interna kanan
·
Plaque stabil pada arteri carotis
eksterna kanan
·
Ektasi pada vertebralis kiri
·
Normal flow pada arteri carotis kanan
dan kiri
·
Normal flow pada arteri vertebralis kiri
·
Normal diameter dan flow pada arteri
vertebralis kanan
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan
:
1. Plaque
adalah kumpulan dari lemak umpulan dari kolesterol, lipid, debris sel, sel-sel
otot polos, dan kolagen yang menempel pada pembuluh darah bagian dalam.
2. Plaque
disebabkan oleh kadar kolesterol LDL yang tinggi.
3. Plaque
dapat diperiksa dengan mesin duplex sonografi ,dari pemeriksaan duplex
sonografi didapatkan peningkatan ketebalan tunika intima media karotis.
4. Dari
hasil pemeriksaan pasien atas nama Tn.SS
didapatkan penemuan plaque stabil dengan
batas kalsifikasi yang tegas di bifurcatio kanan dan eksternal caroted artery (
ECA ) kanan
DAFTAR
PUSTAKA
1. Baroncini LA, Oliveira A. Appropriateness
of Carotid Plaque and Intima-Media Thickness Assessment in Routine Clinical
Practice. Cardiovascular Ultrasound 2008..6;52.
2. Boudi FB, Ahsan CH. Atherosclerosis : eMedicine
Cardiology 2009; 1-7.
3. Coskun U, Yildiz A. Esen OB, Baskurt M, Relation
Between Carotid intima Media Thickness and Coronary Angiographic Finding.
Cardiovascular Ultrasound 2009; 7;59.
4. Crowther MA. Pathogenesis of Atherosclerosis.
American Soc. of Hematology 2005. 436-41.
5. Finn AV, Kolodgie FD, Virmani R. Correlation
between Intimal/Media Thickness and Atherosclerosis: A point of view from
Pathology Journal of AHA 2009; 177-81.
6. Gray Weale AC, Graham JC, Burnett JR: Carotid
Artery Atheroma: Comparison of Preoperative B-Mode Ultrasound Appearance with
Carotid Endarterectomy Specimen Pathology.
Assalammualaikum..
BalasHapusMbak Ardiana, perkenalkan nama saya desi. Saya mau tanya tt plaque ini bolehkah?
Bila berkenan saya minta email nya mbak..
Tku